LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LANJUT : EUGENOL
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
cengkeh merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh subur di beberapa daerah
di Indonesia, khususnya di kepulauan Maluku. Tanaman cengkeh yang sering
dimanfaatkan adalah bunga dan daun cengkeh. Bunga cengkeh digunakan sebagai
bahan baku rokok maupun sebagai rempah-rempah. Sedangkan daunnya sering
didestilasi untuk mendapatkan minyak atsiri yang kita sebut dengan minyak daun
cengkeh. Menurut Kardinan (2005) Minyak daun cengkeh merupakan komoditi ekspor Indonesia
yang memegang peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat
produsen minyak daun cengkeh. Minyak cengkeh mengandung banyak senyawa
organik,namun yang paling penting adalah eugenol. Eugenol dibutuhkan banyak
industri,diantaranya industri kosmetik,farmasi,dan pestisida nabati karena
senyawa ini menghasilkan aroma yang khas.
Komponen
penyusun minyak daun cengkeh adalah eugenol dan sedikit senyawa-senyawa terpen.
Kualitas minyak cengkeh dievaluasi berdasarkan kandungan utamanya yaitu eugenol.
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh (Syzygium
aromaticum) dengan kandungan dapat mencapai 70-96%. Senyawa eugenol
mengandung beberapa gugus fungsional, yaitu alil (-CH2-CH=CH2),
fenol (OH) dan metoksi (-OCH3). Eugenol dan senyawa turunannya
memiliki berbagai manfaat dalam bidang industri, seperti industri farmasi,
kosmetika, makanan, minuman, rokok, pestisida nabati, perikanan, pertambangan,
kemasan aktif dan industri kimia lainnya.
Eugenol (C10H12O2)
merupakan turunan gualiakol yang mendapatkan tambahan rantai alil yang memiliki
nama IUPAC yaitu 2-metoksi-4-(2-propenil)fenol. Eugenol merupakan komponen
kimia utama dalam minyak daun cengkeh berkisar 79 – 90 %.
Untuk mengisolasi eugenol,digunakan NaOH 3%. Karena
eugenol dan NaOH akan membentuk natrium eugenolat yang dapat larut dalam air.
Bagian non eugenol diekstrak dengan eter dan penambagan asam anorganik dan
menghasilkan natrium eugenol bebas. Eugenol kemudian dimurnikan dengan
penguapan dan penyulingan.
Pemurnian eugenol dari minyak daun cengkeh digunakan
cara ekstraksi. Penggunaan ekstraksi cair-cair kontinyu dapat meminimalisir
masalah yang timbul seperti pengocokan berulang-ulang, terjadi kenaikan
tekanan internal, dan emulsi dalam corong pemisah serta kehilangan pelarut yang
lebih besar. Masalah tersebut muncul sebagai akibat penggunaan ekstraksi cair-cair
tak kontinyu.
Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sifat fisik dan
komponen minyak bunga cengkeh hasil isolasi metode ekstraksi asam basa
mengunakan NaOH dan HCl. Pengamatan sifat fisik dan sifat kimia eugenol hasil
isolasi minyak cengkeh meliputi warna, bau, indeks bias, dan bobot jenis yang
sesuai dengan SNI 06-4267-1996 sebagai standar mutu perdagangan di Indonesia (Bhuiyan
2010). Hasil isolasi eugenol dari minyak cengkeh diidentifikasi menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis, FTIR, H-NMR, dan GC-MS.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara isolasi eugenol?
2. Bagaimana
hasil uji sifat fisik eugenol?
3. Bagaimana
hasil uji sifat kimia eugenol?
4. Bagaimana
hasil analisis spektrum UV- VIS eugenol?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1.
Untuk
mengetahui cara isolasi eugenol.
2.
Untuk
mengetahui hasil uji sifat fisik eugenol.
3.
Untuk
megetahui hasil uji sifat kimia eugenol.
4.
Untuk
mengetahui hasil analisis spektrum UV- VIS eugenol.
1.4
Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas dalam pembahasannya, maka
dilakukan batasan masalah sebagai berikut:
1.
Bahan
a.
Minyak
cengkeh yang digunakan berasal dari toko ANEKA KIMIA, Dinoyo.
b.
Asam
yang digunakan adalah asam klorida (HCl).
2.
Reagen
a.
Metode
isolasi eugenol adalah metode ekstraksi menggunakan larutan NaOH.
3.
Identifikasi
a.
Sifat
fisika menggunakan piknometer.
b.
Sifat
kimia menggunakan penambahan etanol absolut dan KmnO4.
c.
Karakterisasi
eugenol menggunakan spektroskopi UV- VIS.
1.5
Manfaat
1.
Dapat
mengisolasi eugenol dari minyak cengkeh perdagangan.
2.
Menambah
wawasan tentang perkolasi dan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis, FTIR,
H-NMR, dan GC-MS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cengkeh
Cengkeh merupakan salah
satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai
rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak
atsiri, namun bila faktor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan
maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah. Tanaman
tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan yang
dikehendaki 1500 - 4500 mm/tahun(Usaha-Swadaya, 2011).
Minyak cengkeh atau minyak cengkih adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan
bagian tanaman cengkeh, terutama daun dan bunga cengkeh. Seluruh bagian tanaman
cengkeh mengandung minyak, namun bunganya memiliki kandungan minyak yang paling
banyak. Karena daun dan ranting cengkeh juga menghasilkan minyak, keduanya pun
menjadi penghasilan sampingan bagi petani cengkeh yang memanen bunga cengkeh
untuk rokok (Dian, 2006).
2.2 Eugenol
Senyawa
eugenol yang merupakan cairan bening hingga kuning pucat, dengan aroma menyegarkan
dan pedas seperti bunga cengkeh kering, memberikan aroma yang khas pada minyak
cengkeh, dimana senyawa ini banyak dibutuhkan oleh berbagai industri yang saat
ini sedang berkembang (Kardinan, 2005).
Senyawa
eugenol yang mempunyai rumus molekul C10H12O2 mengandung beberapa gugus
fungsional yaitu alil (-CH2-CH=CH2), fenol (-OH) dan metoksi (-OCH3), sehingga dengan
adanya gugus tersebut dapat memungkinkan eugenol sebagai bahan dasar sintesis
berbagai senyawa lain yang bernilai lebih tinggi seperti isoeugenol, eugenol
asetat,isoeugenol asetat, benzil eugenol, benzil isoeugenol, metil eugenol,
eugenol metil eter, eugenol etil eter, isoeugenol metil eter, vanilin dan
sebagainya (Mustikarini, 2007).
Struktur
eugenol dapat dilihat pada gambar 2.2.1

GAMBAR 2.2.1 Eugenol
Senyawa
eugenol mempunyai aktivitasfarmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi,
antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, antispamosdik, antiemetik, stimulan, anastetik
lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi (Pramod et al., 2010;
Jirovetz, 2010). Begitupun dengan salah satu turunan senyawa eugenol, yaitu isoeugenol yang
dapat dipergunakan sebagai bahan baku obat antiseptik dan analgesik (Sharma et al., 2006).
antimikroba, antiviral, antifungal, antiseptik, antispamosdik, antiemetik, stimulan, anastetik
lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi (Pramod et al., 2010;
Jirovetz, 2010). Begitupun dengan salah satu turunan senyawa eugenol, yaitu isoeugenol yang
dapat dipergunakan sebagai bahan baku obat antiseptik dan analgesik (Sharma et al., 2006).
2.3 Isolasi Eugenol
Isolasi
eugenol dapat dilakukan melalui beberapa jenis
proses pemurnian (isolasi). Di antaranya, yaitu proses ekstraksi, distilasi fraksionasi
(rektifikasi), kromatografi
kolom, ekstraksi superkritik, dan distilasi molekuler (Anny S, 2002). Selama ini, telah dilakukan pengambilan
eugenol hanya dengan proses ekstraksi
menggunakan NaOH dan menghasilkan
kadar eugenol sebesar 82,6%
(Sri
Suhenry, 2001). Selain itu
juga
telah
dilakukan
pengambilan
dengan cara ekstraksi minyak daun cengkeh
menggunakan NaOH berlebih
dan dilanjutkan proses pengasaman dengan
larutan HCl pekat,
hanya mencapai kadar eugenol sekitar 86% ( Sediawan,
2003 ).
2.4 Identifikasi
Eugenol
Analisa
menggunakan FT-IR menunjukkan adanya sebuah eugenoldan komponen karbonil
lainnya. Karenanya minyak cengkeh (5 gr) dalam kolom kromatografi beberapa
waktu pada silika gel dan fraksi utama dikumpulkan dan dianalisa (4 gr, 13,3%
berat dari minyak cengkeh yang digunakan), itu Rf telah ditentukan 1,5359
sangat dekat untuk sampel yang autentik. Spektra FT-IR, H-NMR, Spektrum Massa,
dan UV- Visibel telah memberi gambaran dan menganalisa dengan baikdengan sampel
yang autentik.Berdasarkan hasil dan perbandingan spektra dengan spektra
standart yang sesuai dengan spektra eugenol. Fraksi ini diidentifikasi adalah
4-alil-2-metoksifenol (Rahmi dan Hamidah, 2012)
Karakterisasi
menggunakan kromatografi gas- spektrum massa dilakukan dengan tujuan mengetahui
komposisi kimia dari minyak cengkeh. Karakteristik eugenol standart menggunakan
gas- spektrum massa bertujuan untuk mengkonfirmasi eugenol dalam minyak cengkeh
dengan eugenol standart (Prianto, 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 18 April 2016, di Laboratorium Kimia Organik UIN
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kolom kromatografi, corong pisah,
refraktometer, gelas kimia, rotary evaporator, spektrfotometer UV- VIS, dan kromatografi
gas.
3.2.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: minyak cengkeh perdagangan,
larutan NaOH (35 gr/150 mL air), petroleum eter, n-heksana, larutan KmnO4 1%,
dan lempung aktif.
3.3
Tahapan Penelitian
3.3.1
Isolasi
Eugenol
3.3.2
Uji
sifat fisika
3.3.3
Uji
sifat kimia
3.3.4
Uji
identifikasi UV- VIS
3.4
Cara Kerja
3.4.1
Isolasi eugenol
Isi dasar kolom kromatografi dengan kapas atau glass
woolselanjutnya lempung akif dimasukkan hingga mencapai 2/3 bagian sambil
divakumkan. Alirkan sampel berupa minyak cengkeh perdagangan melalui kolom.
Ambil
sekitar 50 mL minyak cengkeh hasil penjernihan (perkulasi), masukkan ke dalam
gelas kimia. Tambahkan larutan NaOH sambil diadukmkuat sampai campuran bersifat
alkalis (jika menggumpal tambahkan air secukupnya) sambil dipanaskan water bath
sampai mencair. Jika terbentuk 2 lapisan zat cair maka ambil lapisan bawah
sebagai Na- eugenolat. Apabila lapisan atas masih cukup banyak, tambahkan
kembali larutan NaOH dan gabungkan dengan hasil sebelumnya.
Tambahkan
lapisan bawah dengan 25% HCl sampai diperoleh Ph
3. Ambil lapisan atas (lapisan eugenol).
Apabila jumlah eugenol yang diperoleh cukup sedikit, ekstrak lapisan bawah
(lapisan air) dengan 25 mL petroleum eter sebanyak 3 kali. Pisahkan pelarut
petroleum eter dengan rotary evaporator.

3.4.2
Uji Sifat Fisik
Minyak
cengkeh hasil perkolasi dan eugenol hasil isolasi masing- masing ditentukan
indeks biasnya dengan menggunakan refraktometer dan berat jenisnya dengan cara
menimbang berat untuk 0.1-1,0 mL. Bandingkan
nilai-nilai yang diperoleh dengan
eugenol standar.
3.4.3
Uji sifat kimia
Siapkan tabung reaksi dan masing- masing diisi dengan 3 tetes
eugenol hasil isolasi, selanjutnya diisi dengan 1 mL etanol absolut larutan
KmnO41%.
3.4.4
Uji Spektra UV- VIS
Ambil 2
tetes eugenol hasil isolasi lalu diencerkan dengan 10 mL pelarut organik
kemudian ditentukan pola spektrumnya dengan spektrofotometer UV- VIS.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi Eugenol
Minyak
cengkeh perkolasi dihasilkan dari penyaringan minyak cengkeh pada kolom
kromatografi yang telah terisi glass woll dan lempung aktif, lempung aktif
digunakan sebagai penyaring pengotor yang ada dalam minyak cengkeh perdagangan.
Sedangkan glass wool digunakan sebagai penahan lempung aktif pada dasar kolom.
isolasi eugenol dilakukan dengan memasukkan minyak cengkeh perdangan pada kolom
untuk dipisahkan dengan pengotornya dan ditunggu hingga 24 jam untuk
menghasilkan minyak cengkeh perkulasi (penjernihan).
Metode ekstraksi dilakukan dengan penambahan NaOH tetes pertetes ke
dalam minyak cengkeh yang dipanaskan dalam waterbath dan sambil diaduk-aduk
hingga membentuk 2 lapisan, fungsinya untuk mengikat eugenol yang bersifat non
polar menjadi garam Na-eugenolat yang bersifat polar sehingga eugenol dapat
dipisahkan. Pemanasan dan pengadukan bertujuan untuk meningkatkan energi
kinetik pada molekul sehingga akan lebih banyak bertumbukan dan reaksi akan
lebih cepat terjadi. Larutan didinginkan agar Pembentukan Na-eugenolat
maksimal. Kemudian dilakukan pemisahan 2 lapisan dengan menggunakan corong
pisah. Lapisan atas berwarna kuning bening dan lapisan bawah yang mengandung
Na-eugenolat berwarna coklat tua.
Berikut adalah reaksi pembentukan Na-Eugenolat dari eugenol dengan
NaOH:
|

|


Eugenol Na-Eugenol
Gambar 4.1 Reaksi antara eugenol dengan NaOH

Lapisan bawah (Na-eugeolat) ditambahkan 25 mL HCl hingga pH larutan
menjadi 3, pengecekan pH dilakukan dengan menggunakna kertas pH. Penambahan HCl
dilakukan hingga pH 3, karena pada pH tersebut eugenol akan menarik H+ secara
optimal sehingga akan terbetuk 2 lapisan. Lapisan bawah merupakan NaCl yang
berwarna putih dan lapisan atas merupakan eugenol yang berwarna kecoklatan. Pemisahan
ini terjadi karena eugenol yang mensubtitusi ion Na+ menjadi mensubstitusi ion
H+ sehingga menghasilkan eugenol dan NaCl. Berikut adalah reaksi antara
Na-Eugenolat dengan HCl:
Gambar 4.2 Reaksi HCl dengan garam Na-Eugenolat
Hasil isolasi eugenol dari minyak
cengkeh diperoleh rendemen sebesar 80,9%. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Sastrohamidjojo (2004) yang menyatakan eugenol sebagai penyusun
utama minyak cengkeh sekitar 80% dan sisanya berupa senyawa kariofilena. Hasil
penelitian Ngadiwiyana (2008) dalam sintesis eugenol dari minyak cengkeh dengan
reaksi hidroborasi untuk mendapatkan eugenol
didapatkan cairan berwarna kekuningan dengan rendemen 81,29%, dan hasil
analisis spektra inframerah dan spektroskopi massa menunjukkan senyawa hasil
adalah 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol.
4.2
Uji Sifat Fisika
Uji sifat fisika
ditentukan dengan menghitung berat jenis atau densitas dari hasil perkolasi
minyak cengkeh dan eugenol hasil isolasi dengan menggunakan piknometer 1 mL.
Hasil berat jenis dari minyak cengkeh hasil perkolasi adalah 1.106 gr/ml dan
berat jenis eugenol sebesar 1.109 gr/ml. Hasil yang didapat kurang sesuai
dengan syarat mutu dari minyak cengkeh yang diakui berdasarkan SNI dalam EOA
(1970) yaitu berat jenis minyak cengkeh pada suhu 25oC adalah
1.03-1.06 gr/ml, sedangkan syarat mutu eugenol berdasarkan Indisso (2006)
menyatakan bahwa spesifikasi eugenol secara umum yaitu berat jenisnya sebesar
1.053-1.064 gr/ml dan spesifikasi eugenol dalam perdagangan sebesar 1.064-1,070
gr/ml. Hal ini diasumsikan masih terdapat senyawa pengotor dalam eugenol.
4.3
Uji Sifat Kimia
Uji sifat kimia
ditentukan untuk mengetahui warna dan ikatan yang ada pada eugenol. Identifikasi
ini dilakukan dengan mengambil 3 tetes eugenol hasil isolasi dan ditambahkan dengan 1 mL etanol 70%
sebagai pelarut eugenol. Menurut Soesanto (2006) sifat dari etanol 70% adalah
pelarut semi polar sehingga berdasarkan kepolaran eugenol (semi polar) dapat
larut dalam etanol 70% dengan perbandingan 1: 2 (Mustikarini, 2007). Setelah
itu ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 1% sebagai pereaksi redoks.
Reagen ini digunakan untuk mendeteksi apakah senyawa hasil isolasi dari minyak
cengkeh tersebut berupa eugenol atau tidak. Hasil yang didapat ketika penambahan
KMnO4 larutan berubah menjadi keruh dan warnanya coklat kehitaman, kemudian larutan berubah
menjadi bening seperti semula. Hilangnya warna coklat kehitaman dari pereaksi
KMnO4 menunjukkan adanya ikatan rangkap non aromatik (alifatik) pada
senyawa eugenol. Reaksi ketika penambahan KMnO4 adalah:

Terdapat endapan coklat tua pada dasar tabung
reaksi, hal ini dikarenakan oksidasi dari Mn yang berasal dari KMnO4.
Menurut (Sax and Lewis, 2009) KMnO4 bersifat sebagai pengoksidasi
(oksidator kuat) sehingga mudah untuk menjadi oksidasinya dan larut dalam air
serta terurai pada alkohol.
4.4
Analisis Eugenol Hasil Isolasi dengan Spektrofotometer UV-Vis
Eugenol hasil isolasi dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis
untuk mendeteksi panjang gelombang maksimum dari eugenol. Panjang gelombang
maksimum hasil analisa dibandingkan dengan panjang gelombang maksimum eugenol
standar. Berikut adalah hasil spektra senyawa eugenol menggunakan spektrofotometer
UV-Vis:

Gambar
4.4 Hasil Analisis Eugenol dengan Spektrofotometer
UV-Vis
Scan Analysis Report
Report Time : Mon 25 Apr 01:07:14 PM 2016
Method:
Batch: D:\Layanan Analisa\Praktikum Orlan 2015-2016\Kelas B\Lamdha
Maks Eugenol.DSW
Software version: 3.00(339)
Operator: Rika
Sample Name: Eugenol
Collection Time
4/25/2016 1:08:00 PM
Peak Table
Peak Style
Peaks
Peak Threshold
0.0100
Range
800.0nm to 200.0nm
Wavelength (nm)
Abs
________________________________
313.0 10.000
311.0 10.000
307.1 10.000
303.9 4.404
302.0 10.000
299.1 10.000
295.0 10.000
292.0 10.000
287.0 5.067
285.0 10.000
281.0 5.245
277.0 10.000
271.9 10.000
268.9 3.358
266.0 3.664
264.1 3.290
260.9 10.000
257.0 10.000
254.9 10.000
252.0 10.000
248.0 3.522
242.1 10.000
240.0 3.469
237.1 10.000
233.0 3.914
230.0 10.000
227.0 4.099
Hasil
spektra menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum senyawa eugenol hasil isolasi
adalah 227 nm dengan absorbansi maksimum 4,099. Spektra eugenol menunjukkan
transisi π-π*, sehingga bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih besar
(batokromik), hal ini akibat pengaruh pelarut yang digunakan yaitu etanol yang
lebih bersifat polar sehingga menggeser panjang gelombang aslinya. Selain itu
dilakukan perhitungan panjang gelombang maksimum eugenol menggunakan aturan
woodward fisher. Hasil perhitungan berdasarkan struktur eugenol yang memiliki
sistem aromatis dengan Base value 246 nm, gugus –OH (para) 25 nm, gugus
-O- (orto) 11 nm, dan alkil (para) 10 nm adalah sebesar 292 nm.
Eugenol
standar memiliki panjang gelombang maksimum sekitar 285 nm. Perbandingan ÊŽ
maksimum eugenol hasil isolasi dalam penelitian tidak sesuai dengan standart
eugenol. Hal ini dimungkinkan eugenol hasil isolasi yang belum murni, selain
itu ditandai hasil spektra yang menghasilkan banyak puncak yang tidak dikenal
sehingga mengganggu analisa eugenol itu sendiri.
4.5 Analisis eugenol hasil
isolasi dengan spektrofotometer Inframerah
Eugenol
hasil isolasi dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer IR untuk
mengetahui gugus fungsi spesifik yang terdapat pada eugenol. Hasil isolasi yang
diperoleh apakah sesuai dengan gugus yang terdapat pada eugenol. Hasil spektrofotometer
IR ditunjukkan dengan spektra berikut:
![]() |
Gambar 4.5 Hasil analisis senyawa eugenol dengan
spektrofotometer IR
Spektra hasil
spektrofotometer IR untuk eugenol diatas memiliki gugus fungsi antara lain:
No.
|
Bilangan
Gelombang (cm-1)
|
Gugus fungsi
|
1.
|
3300
|
OH
|
2.
|
3100-3000
|
Csp2 H
|
3.
|
2900
|
Csp3 H
|
4.
|
2000-1800
|
Aromatik
substituen 1,2,4-
|
5.
|
1600 dan 1475
|
C=C aromatik
|
6.
|
1200-1000
|
C-O-C
|
7.
|
1100
|
OH sekunder
|
8.
|
900 dan 800
|
OOP aromatik
substituen 1,2,4-
|
Tabel
4.1 Hasil analisis gugus fungsi senyawa
eugenol dengan spektrofotometer IR
Berdasarkan
data gugus fungsi spesifik yang terdapat pada spektra IR tersebut menunjukkan
bahwa spektra tersebut merupakan eugenol.
4.6
Identifikasi Senyawa Eugenol dengan H-NMR

Identifikasi H-NMR dilakukan untuk memastikan struktur eugenol yang sudah terbaca dalam spektrofotometer IR. Hasil IR kadang masih menunjukkan hasil tidak jelas atau sedikit rancu sehingga perlu dilakukan analisis dengan H-NMR untuk memperkuat hasil yang telah diperoleh dari spektrofotometer IR. Analisis dengan H-NMR menunjukkan spektrum seperti terlihat di bawah ini:
Gambar
4.6 Hasil identifikasi senyawa eugenol dengan H-NMR
Hasil
spektra H-NMR senyawa hasil isolasi eugenol menunjukkan hasil sebagai berikut:
Puncak
|
d (ppm)
|
Sifat
puncak
|
Jumlah
proton
|
Asal
proton
|
A (paling kanan)
|
3,2 ppm
|
Singlet
|
2
|
CH2=
|
B
|
3,9 ppm
|
Singlet
|
3
|
Benzena
|
C
|
4,9 ppm
|
Triplet
|
2
|
-CH2-
|
D
|
5,7 ppm
|
Triplet
|
1
|
CHO-CH2
|
E
|
6,6 ppm
|
Singlet
|
1
|
OCH3
|
Tabel
4.2 Hasil analisis senyawa hasil isolasi eugenol dengan H-NMR
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari identifikasi H-NMR
ditunjukkan adanya gugus CH2=, Benzena,
-CH2-, CHO-CH2 dan OCH3. Jika digambarkan
dengan struktur senyawa, maka diperoleh hasil sebagai berikut dengan nama
senyawa (4-alil-2-metoksifenol):

(4-alil-2-metoksifenol)
Gambar
4.7 Struktur senyawa eugenol
4.7
Hasil Analisis Senyawa Hasil Isolasi Eugenol dengan Mass Spectrometry (MS)

Gambar 4.8 Hasil analisis senyawa
eugenol hasil isolasi dengan MS
Berikut adalah hasil pola fragmentasi dari senyawa
eugenol hasil isolasi dari minyak cengkeh:

|
|


|

|
|



|
|




|

|







|




|




|
|




|




|




|




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Senyawa
eugenol dapat diperoleh dengan cara pemurnian minyak cengkeh dengan
kromatografi kolom dan mengisolasi minyak cengkeh dengan menggunakan ekstraksi
pelarut berupa ekstraksi asam basa. Cara yang dapat dilakukan dengan penambahan
larutan NaOH dan HCl pada minyak cengkeh.
2.
Sifat fisika
senyawa eugenol dapat dicari dengan pengukuran densitas senyawa eugenol.
Densitas diperoleh dari pembagian antara massa eugenol dengan volume eugenol
yang telah diisolasi. Densitas minyak hasil perkolasi 1,106
gr/mL dan hasil isolasi eugenol 1,109 gr/mL.
Sedangkan sifat
kimia eugenol hasil isolasi dapat di ketahui dengan adanya penambahan KMnO4
yang membuktikan adanya ikatan rangkap aromatis dalam hasil isolai eugenol. Hal
tersebut menunjukkan adanya senyawa eugenol dala larutan hasil isolasi
3. Analisis
Eugenol hasil isolasi dengan menggunakan instrumen adalah sebagai berikut:
hasil pengukuran serapan senyawa eugenol hasil isolasi minyak cengkeh dengan
spektrofotometer UV-Vis yakni menunjukkan λ maksimum 230 nm. Hasil interpretasi
spektra IR menunjukkan adanya gugus fungsi penyusun senyawa eugenol. Hasil
H-NMR menunjukkan 5 signal yang menunjukkan adanya eugenol. Dan hasil puncak
pada MS yang memiliki kelimpahan paling tinggi yaitu 149, 131, 103, dan 77 m/z.
5.2 Saran
Proses berjalannya praktikum kurang teratur, mungkin ini
salah satu pengaruh hasil percobaan, maka saya sarankan agar praktikum berjalan
dengan teratur sehingga hasil percobaan dapat diperoleh dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak Daun Cengkeh SNI 06-2387-2006.
Dian
Malini (2006). 20 ramuan esensial nusantara untukcantik dan bugar. ISBN 9797814157.
Kardinan, A. 2005. Tanaman
Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Mustikarini, S. 2007. Sintetis
ionofor 5-kloro-2-4-2- trihidroksiazobenzena dan studi infregnasi kopoli
(Eugenol-DVB) dengan ionofor. Skripsi. Surakarta: Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Sebelas Maret.
Pramod, K., S.H. Ansari and J. Ali. 2010. Eugenol: a natural compound with
versatile pharmacological actions. Natural Product Communications 5(12) : 1999-2006.
versatile pharmacological actions. Natural Product Communications 5(12) : 1999-2006.
Prianto, H, Retnowati, R, dan Juswon, U. 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari minyak bunga
cengkeh Kering Hasil Destilasi Uap. Kimia syudent journal. 1(2): 269-275.
Sediawan, Wahyudi. 2003.
Peningkatan Recovery Isolasi
Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh dengan Penggunaan NaOH Berlebih
dan Solven Organik n-Hexane. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Sharma, S.K., V.K. Srivastava and R.V. Jasra. 2006. Selective double bond isomerization of allyl
phenylmethers catalyzed by ruthenium metal complexes. Journal of Molecular
Catalysis A : Chemical 245 : 200-209
Sri. 2004.
Meningkatkan
Kualitas
Minyak
Cengkeh
Rakyat
dengan
Larutan NaOH. Yogyakarta : Jurusan Teknik Kimia
UPN Veteran.
LAMPIRAN 1
DIAGRAM
ALIR
1. Perkolasi
Minyak Cengkeh dengan Kromatografi Kolom
![]() |
-
Diambil 100 mL minyak cengkeh
-
Lempung diaktivasi dengan dioven selama 30 menit
-
Lempung aktif dimasukkan dalam kromatografi kolom
-
Divakum dengan pompa vakum
-
Minyak cengkeh dimasukkan ke dalam kromatografi kolom yang berisi lempung
aktif
-
|
Diperkolasi selama 24 jam
2. Ekstraksi
Eugenol dari Minyak Cengkeh
![]() |
-
Diambil hasil perkolasi minyak cengkeh
-
Dimasukkan dalam beaker glass
-
Ditambahkan NaOH dan diaduk terus menerus sampai larutan bersifat alkalis
-
Ditambahkan air jika menggumpal
-
Dipanaskan diatas water bath sampai mencair
-
|
Diperkolasi selama 24 jam

- Diambil
jika jumlah eugenolnya sedikit
- Ditambahkan HCl sampai pH 3
|
|||||
|
|||||
![]() |
- Diambil
- Ditambahkan 25 Petroleum eter
|
||||
|
||||
3. Uji
Sifat Fisika
![]() |
-
Dituangkan ke dalam piknometer 1 mL (sebelumnya piknometer 1 mL ditimbang
massanya)
-
Ditimbang massanya
|
4. Uji
Sifat Kimia
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3 tetes
-
ditambahkan 1 mL etanol
-
Ditambahkan 1 mL KMnO4
|
5. Identifikasi
Hasil Isolasi Eugenol dengan Spektrofotometer UV-Vis
![]() |
-
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL Ditimbang massanya
-
diencerkan dengan 5 mL etanol
-
Diukur hasil panjang gelombangnya dengan spektrofotometri UV-Vis
|
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN
1.
Rendemen
isolasi Eugenol
Diketahui :
Vawal : 22 ml
Vakhir : 17,8 ml
Ditanya R...?
Dijawab :

V akhir

22 ml
= 80,9%
2.
Densitas
minyak cengkeh hasil perkolasi
Diketahui :
Massa minyak hasil
perkolasi : 1,106 gram
V piknometer : 1
mL
Ditanya massa jenis....?

Vakhir

1
ml
= 1,106 g/mL
3.
Densitas
Eugenol hasil isolasi
Diketahui :
Massa eugenol : 21,1810 gram
Ditanya massa jenis....?

Vakhir

1 ml
= 1,109 g/mL
4.
Panjang
gelombang berdasarkan hukum Lamber-Beer

Ring
residu : 246
nm
-OH
(Para) : 25 nm
-O-
(Meta) : 11 nm

Panjang
gelombang Maks. : 292 nm
LAMPIRAN 3
LEMBAR
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
KEGIATAN
PRAKTIKUM MAHASISWA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
|
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN
RESIKO
|
PRAKTIKUM ORGANIK LANJUT
|
|||||||||||||||||||
Jumlah halaman
: 1
|
|||||||||||||||||||||
JUDUL
PENELITIAN : ISOLASI KURKUMIN DAN
DERIVATNYA DARI KUNYIT
|
|||||||||||||||||||||
No
|
Tahapan Kerja Penelitian
|
Potensi Bahaya
|
Upaya Pengendalian
|
Level
|
Tingkat Bahaya
(R x P)
|
||||||||||||||||
Resiko (R)
|
Peluang (P)
|
||||||||||||||||||||
1.
|
Preparasi
kromatografi kolom dengan memasukkan glass wool
|
a.
Bahan glass wool terbuat dari
serpihan kaca yang sangat kecil yang dapat menembus kulit hingga pembuluh
darah
|
- Hati-hati
saat memasukkan glass wool
- Pastikan
memakai APD lengkap terutama sarung tangan
|
4
|
2
|
8
|
|||||||||||||||
2.
|
Preparasi
kromatografi kolom dengan aktivasi lempung dalam oven selama 30 menit
|
a.
Oven yang digunakan bisa meledak
|
- Hati-hati
ketika mengoperasikan oven jangan sampai lalai
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
3.
|
Pengisian
lempung teraktivasi dan minyak cengkeh dalam kolom kromatografi
|
a.
Minyak cengkeh bisa tumpah dan
mengenai anggota tubuh
b.Lempung
dalam bentuk serbuk mengepul
|
- Hati-hati
saat menuangkan minyak cengkeh dan lempung
- Gunakan
masker
|
1
|
1
|
1
|
|||||||||||||||
4.
|
Kromatografi
kolom yang telah diisi divakumkan
|
a.
Pemvakuman yang berlebih atau tidak terkontrol bisa menyebabkan kolom pecah
|
- Hati-hati
saat kolom divakumkan
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
5.
|
Minyak
hasil perkolasi ditambahkan NaOH
|
a.
NaOH bersifat korosif sehingga menyebabkan luka pada kulit jika terkena
b.
pipet yang digunakan jatuh dan larutan yang di dalamnya tumpah mengenai
tangan
|
- Hati-hati
saat memipet NaOH
- Memakai
sarung tangan saat melakukan pemipetan
dan dilakukan di lemari asam
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
6.
|
Pemanasan
minyak hasil perkolasi pada suhu 100ËšC
|
a.
Pemanasan berlebihan menyebabkan keluarnya asap, jika terkena tangan bisa
melepuh
|
- Hati-hati
saat pengaturan suhu pemanasan
|
2
|
2
|
4
|
|||||||||||||||
7.
|
Ditambahkan
HCl
|
a.HCl
bersifat korosif sehingga menyebabkan luka pada kulit jika terkena
b.
pipet yang digunakan jatuh dan larutan yang di dalamnya tumpah mengenai
tangan
|
- Hati-hati
saat memipet HCl
- Memakai
sarung tangan saat melakukan pemipetan
dan dilakukan di lemari asam
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
8.
|
Pemisahan
hasi ekstraksi minyak cengkeh dengan corong pisah
|
a.
Corong pisah yang digunakan
untuk memisahkan lapisan bisa pecah dan larutan di dalamnya tumpah mengenai
tangan jika tekanan dalam corong pisah tidak terkontrol
|
-
Hati-hati saat menggunakan corong pisah
-
Atur tekanan dalam corong pisah dengan cara mengeluarkan gas dari krannya
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
9.
|
Hasil
isolasi eugenol diuji sifat fisika dengan piknometer 1 mL
|
a.
Piknometer yang dipegang bisa jatuh dan pecah
|
- Hati-hati
saat menggunakan piknometer
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
10.
|
Hasil
isolasi eugenol diuji sifat kimia dengan menambahkan larutan etanol dan KmnO4
|
a.
Larutan etanol dan KmnO4 bersifat korosif, oksidatif, dan volatil
|
- Gunakan
APD masker dan sarung tangan
- Cari
tempat yang tidak berangin
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
11.
|
Dimasukkan
hasil isolasi eugenol dalam kuvet lalu dianalisa denagn spektrofotometer
UV-Vis
|
a.kuvet
yang dipegang bisa jatuh dan pecah
|
- Gunakan
APD sarung tangan
- Hati-hati
saat memegang kuvet dan menuangkan larutan ke dalam kuvet
|
2
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
KETERANGAN
|
|||||||||||||||||||||
RESIKO
- merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan
dampak/akibat
berdasarkan keparahan yang
disebabkan oleh kecelakaan kerja
|
PELUANG
- merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan tingkat frekuensi
terhadap kejadian
kecelakaan kerja
|
||||||||||||||||||||
Level-1
|
:
|
Tidak
ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan ringan
|
Level-1
|
:
|
Hampir
tidak pernah terjadi
|
||||||||||||||||
Level-2
|
:
|
Cedera
ringan (hanya membutuhkan P3K), peralatan rusak ringan
|
Level-2
|
:
|
Frekuensi
kejadian jarang terjadi waktu tahunan
|
||||||||||||||||
Level-3
|
:
|
Menyebabkan
cidera yang memerlukan perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusak sedang
|
Level-3
|
:
|
Frekuensi
kejadian sedang dalam waktu bulanan
|
||||||||||||||||
Level-4
|
:
|
Menyebabkan
cidera yang menyebabkan cacatnya anggota tubuh permanen, peralatan rusak
berat
|
Level-4
|
:
|
Hampir
100 % terjadi kejadian tersebut
|
||||||||||||||||
Level-5
|
:
|
Menyebabkan
korban jiwa (kematian), peralatan rusak berat
|
Level-5
|
:
|
100
% kejadian pasti terjadi
|
||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
|
TINGKAT
BAHAYA - merupakan hasil perkalian dari Resiko (R) dan Peluang (P) sebagai
tetapan tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan
|
||||||||||||||||||||
SKOR
:
|
1-4
|
Rendah
|
Masih
dapat ditoleransi
|
||||||||||||||||||
|
5-10
|
Sedang
|
Dikendalikan
sampai batas toleransi
|
||||||||||||||||||
11-25
|
Tinggi
|
Pemantauan
intensif dan pengendalian
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
|
disusun oleh :
|
telah diperiksa oleh :
|
telah disetujui oleh :
|
||||||||||||||||||
Mahasiswa Peneliti
|
Pembimbing Utama
|
Konsultan
|
Ketua Jurusan
|
||||||||||||||||||
Tanggal
|
|
03
Mei 2016
|
03
Mei 2016
|
03
Mei 2016
|
03
Mei 2016
|
||||||||||||||||
Tanda Tangan
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
Nama
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
NIM/NIP
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
LAMPIRAN 4
Nama bahan
|
Sifat fisika
|
Sifat kimia
|
Bahaya
|
Penanganan
|
Asam Klorida
|
1.
cairan tak
berwarna
2.
berbau tajam
3.
memiliki
densitas 1,9 gr/cm
|
1.
RM : HCl
2.
Mr : 36,5
gr/mol
3.
pH<1 span="">
4.
tl : -114oC
5.
td -84,9oC
|
1.
korosif
2.
iritasi kulit
dan mata
|
1.
jauhkan dari
benda yang akan mengakibatkan korosif
2.
segera bilas
dengan air yang mengalir selama 10 menit
|
Kalium Permanganat
|
1.
padatan
Kristal
2.
berwarna ungu
kehitaman
3.
mengkilap
|
1.
RM : KMnO4
2.
Mr : 158, 04
gr/mol
3.
Tl : 240oC
|
1.
Mudah
terbakar
2.
Bahaya jika
tertelan
|
1.
Hindari dari
percikan api
2.
Menggunakan
masker dan jauhkan dari anak-anak
|
Natrium Hidroksia
|
1.
Pdatan hitam
keabu-abuan
2.
tak berbau
|
1.
RM : NaOH
2.
Mr : 40
gr/mol
3.
Tl : 318oC
4.
Td : 1390oC
|
1.
Mudah
terbakar
2.
Iritasi kulit
dan mata
|
1.
Hindari dari
percikan api
2.
segera bilas
dengan air yang mengalir selama 10 menit
|
Etanol
|
1.
Cairan tak
berwarna
2.
Berbau khas
3.
Larut dalam
air
|
1.
RM : C2H5OH
2.
Tl:-117,3oC
3.
Td :78,5 oC
4.
Tl :-117,3 oC
5.
Td : 78,5 oC
|
1.
Iritasi kulit
2.
Iritasi mata
3.
Mudah
terbakar
|
1.
segera bilas
dengan air yang mengalir selama 10 menit
2.
Hindari dari
percikan api
|
Eugenol
|
1.
Cairan
berwarna kuning kecoklatan
2.
memiliki
ndeks bias 1,534-1,538
|
1.
RM : C10H12O2
2.
Mr : 164,21
gr/mol
|
1.
Bahaya jika
tertelan
|
1.
Menggunakan
masker dan jauhkan dari anak-anak
|
MSDS
Comments
Post a Comment